السبت، 3 أغسطس 2013

SAAT MENGAKHIRI RAMADHAN

SAAT  MENGANKHIRI RAMADHAN

Bulan Ramadhan, bulan penuh limpahan rahmat, ampunan dan barokah sebentar lagi akan meninggalkan kita. bagi sebagian orang, kenyataan seperti ini merupakan saat-saat yang paling berat, karena akan kehilangan hari-hari yang sangat istimewa, hari yang tidak akan ditemukan selain di bulan Ramadhan. karena itulah wajar kalau kepergian Ramaadhan sering ditangisi orang-orang ahli ibadah, orang-orang sholeh, lantaran belum tentu akan berjumpa kembali dengan bulan yang seagung dan semulia Ramadhan tanpa seizin-Nya.

Namun ketetapan Alloh SWT telah berlaku. Ramadhan hanya berjalan selama satu bulan, s9 atau 30 hari saja. tidak bisa lebih dan tidak bisa kurang. dengan terbitnya bulan sabit (hilal) di ufuk barat pada maghrib akhir Ramadhan nanti, maka Alloh yang Maha Rahman dan Rahim tidak akan berhenti memberikan limpahan Rahmat-Nya. Dia masih tetap memberikan kesempatan kepada hamba-Nya untuk meraih kebaikan sebanyak-banyaknya. menyempurnakan amal ibadah yang diperoleh selama bulan Ramadhan. Adapun amalan setelah bulan Ramdhan antara lain:

1. ZAKAT FITRAH
Ibadah ini disyariatkan sejak tahun kedua hijriah, bersamaan dengan disyariatkannya ibadah Ramadhan, fungsi utama dari zakat fitrah in ada dua:

PERTAMA: untuk membersihkan noda orang-orang yang ketika berpuasa di bula Ramadhan melakukan ucapan dan tindakan yang mengurangi nilai-nilai ibadah Ramadhan.

KEDUA: Untuk turut serta menggembirakan kaum dhu'afa dihari yang penuh kegembiraan dan kebahagiaan dengan adanya makanan bagi mereka.
Dalam hadist diberitakan "Rasululloh saw memfardhukan zakatul fitri untuk pencuci bagi orang-orang yang berpuasa dari perbuatan sia-siadan tutur kata yang keji, dan menjadi makanan bagi orang miskin. barangsiapa menunaikannya sebelum sholat Id, maka itulah zakat yang diterima. dana barangsiapa menyunaikan sesudah sholat Id, maka itu suatu shodaqoh biasa." (HR.Abu  Daud dari Ibnu Abbas)

Zakat fitrah merupakan suatu kewajiban bagi setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan, orang tua maupun anak-anak termasuk bayi yang baru lahir sebelum sholat Id. juga pembantu rumah tangga dan orang-orang yang berada dalam tanggungannya. (majikan)

Wujudnya berupa makanan yang mengenyangkan, atau makanan pokok. dalam masyarakat kita di Indonesia berupa beras yang besarnya 3.5 liter (1 sha' atau 4 mud) atau diganti dengan uang senilai itu. jika berupa beras diutamakan yang sekualitas dengan seharti-hari yang dikonsumsi.

2. MENGUMANDANGKAN TAKBIR
Diakhir Ramadhan, kaum muslimin juga dianjurkan untuk mengumandangkan takbir, tahlil dan tahmid sebanyak-banyaknya. di mulai sejak matahari terbenam di akhir Ramadhan sampai khotib naik mimbar. ibadah ini merupakan tanda syukur nikmat kita kepada Alloh SWT.

sudah sepantasnyalah jika kita mengumandangkan kalimah takbir ini dengan penuh keagungan dan khidmat serta ikhlas. tidak dicampuradukkan dengan pesta pora, hura-hura, membunyikan petasan dan lain-lain. Sebaliknya dimalam lebaran itu kita isi dengan memperbanyak amal ibadah, seraya mengumanddangkan takbir, tahlil dan tahmid serta istughfar dan berdo'a kepada Alloh SWT.

3. SHOLAT IDUL FITRI
Menurut jumhur ulama, sholat idul fitri adalah sunnah muakkadah (diutamakan) dilakukan dipagi hari sekirat jam 7, dan diutamakan dilapangan terbuka agar tampak syiar Islam, kecuali jika hari hujan atau kondisi tempat yang tidak memungkinkan, ketika berangkat menuju kelapangan untuk sholat Id disunnahkan melalui jalan yang berbeda dengan waktu pulangnya.

sewaktu berangkat dianjurkan untuk tetap mengumandangkan takbir, tahlil dan tahmid. Dan di sunnahkan makan terlebih dahulu. hail ini berbeda dengan waktu akan sholat Idul Adha, disunnahkan tidak makan atau minum dulu sampai sholat selesai.

selesai sholat, kita mendengrkan khutbah. berbeda dengan khutbah Jum'at, maka khutbah idul fitri dan idul adha dilaksanakan hanya satu sekali saja.

4. MENGUCAPKAN TAHNIAH
ketika telah selesai sholat dan mendengarkan khutbah, kita dianjurkan saling berjabat tangan dengan esama saudara semuslim, mengucapkan kalimah tahniah, memberikan ucapan ikut bergembira. Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Jubair bin Nufail  diberitakan: :Adapun sahabat rasulullah SAW.bila berjumpa satu sama lain di hari id,saling mengucpkan' semoga allah menerima amalan kami dan amalan engkau." ini kalimat yang diucapkan para sahabat jika bertemu sesama saudaranya, dihari idul fitri sehabis menunaikan sholat Id, bukan ucapan minal idzin wa al-faidzin. ucapan ini tidak ada dasarnya dalam ajaran Islam. oleh karena itu mari kita hidupkan kembali ucapan "TAQOBBALALLOHUMINNA WA MINKUM."

5. PUASA SUNNAH 6 HARI
mulai tanggal 2 Syawal, kita disunnahkan berpuasa enam hari. Muslim meriwayatkan hadist Rasululloh saw. "Barangsiapa yang berpuasa pada bulan Ramadhan, lalu diiringi dengan berpuasa enem hari dibulan Syawal, maka seolah-olah berpuasa sepanjang masa," (HR. Muslim)

Para ulama menjelaskan yang dimaksud ;berpuasa sepanjang masa" bahwa adanya keterkaitan dengan ketentuan Al-Quran bahwa setiap kebajikan itu diberi ganjaran 10 x lipat (QS.Al-An'am : 160): Berpuasa sebulan penuh di bulan Ramadhan berarti sama dengan berpuasa 10 bulan, sedangkan berpuasa sunnah Syawal 6 hari, sama nilainya dengan 60 hari atau 2 bulan, sehingga ganjaran berpuasa Ramadhan dengan Syawal bila dijmlahkan menkajadi 12 bulan. dan ini tentunya berlakubagi muslim yang berpuasa Ramadhan dan Syawal setiap tahun.

6. ZIARAH KUBUR
setelah shalat idul fitri,sampai pertengahan bulan syawal kebiasaan orang indonesia berziarah ke makam keluarga atau kerabat nya  padahal ziarah kubur tidak di syariatkan di hari idul
 fitri maupun bulan syawal namun didak ada salahnya berziarah disaat itu karna rasulullah

SAW menerangkan : Buraidah bin al-hashib r.a.berkata," rosululloh saw bersabda," Sesungguhnya dahulu aku telah melarang kalian berziarah kubur, maka kini ziarahilah (karena yang demikian dapat mengingatkan kepada akhiratatau kematian)" (HR.Muslim)

Dalam hadist ini tidak ada penentuan waktu, sehingga boleh berziarah pada hari Id atau Syawal asal jangan samapi disyariatkan. Maksud berziarah bukan untuk silaturrahim dengan si mayat, tetapi untuk mendo'akan si mayat dan menambah kebaikan bagi si penziarah.

Ada beberapa adab yang perlu diperhatikan bagi orang yang akan berziarah ke kuburan:
a. Tidak diutamakan membaca Al-Qur'an, Rosululloh befsabda," Janganlah kalian jadikan rumah-rumah kalian sebagai kuburan, karena sesungguhnya setan akan lari dari rumah yang didalamnya dibaca surat Al-Baqoroh," (HR.Muslim)

b. Tidak boleh mendirikan sholat, Nabi SAW bersabda," sholatylah kalian dirumah kalian dan janganlah kalian jadikan rumah-rumah kalian bagaikan kuburan." (HR. Muslim)

c. mendo'akan mayyit tidak meminta-minta kepada mayyit

d. tidak disyariatkan menaburkan bunga-bunga di atas kuburan.


Dede Muharam, S.Ag
25 Ramdhan 1434 H / 3 Agustus 2013

الخميس، 20 يونيو 2013

الثلاثاء، 12 مارس 2013

KATAGORI GURU PENDIDIK (KGP)



Katagori Guru Pendidik (KGP)

Profesi guru merupakan pekerjaan yang didambakan oleh sebagian orang, karena kalau kita mendengar kata guru, berarti mengandung makna positif, makna penghormatan dan makna orang yang mempunyai nilai manfaat.
Definisi  guru adalah menurut para ahli, Secara etimologi (asal-usul kata), guru berasal dari bahasa India yang artinya “orang yang mengajarkan tentang kelepasan dan kesengsaraan” (Shamsudin, Republika, 25 Nopember 1997).

dalam Surat Edaran (SE) Mendikbud dan Kepala BAKN No. 57686)/MPK/1989 menyatakan bahwa “guru adalah pegawai negeri sipil (PNS) yang diberi tugas, wewenang dan tanggungjawab oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan pendidikan di sekolah”. Sehingga pengertian pendidikan tersebut pada akhirnya menyangkut semua aspek kecerdasan.

Guru merupakan pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah (UU tentang Guru dan Dosen, Bab I Pasal 1 ayat 1). Dari pengertian di atas jelas bahwa guru itu memiliki peranan yang strategis dan merupakan kunci keberhasilan untuk mencapai tujuan kelembagaan sekolah, karena guru adalah pengelola KBM bagi para siswanya. Kegiatan belajar mengajar akan efektif apabila tersedia guru yang sesuai dengan kebutuhan sekolah baik jumlah, kualifikasi maupun bidang keahliannya.

Mengambil dari hukum agama islam, bahwa islam mempunyai vonis hukum diantaranya wajib, sunnah, mubah, makruh dan haram. Pengambilan istilah vonis hukum Islam hanyalah untuk memudahkan pengelompokkan, tidak sebagai justifikasi tugs mulia seorang guru. Pengelompokkan guru disini tidak berdasarkan sistem kerjanya, tetapi tulisan ini dititikberatkan pada interaksinya dengan anak – anak didiknya.
Seorang guru dapat bertanya kepada diri sendiri, dikatagori mana posisinya berada? Seorang guru akan mengetahui keberadaannya tatkala dia dapat mawas diri dengan jujur pada dirinya sendiri.

Apa itu guru wajib? Guru wajib ditandai dengan;
1.       Keberadaannya akan sangat dirindukan oleh anak-anak didiknya
2.       Sangat bermanfaat dilingkungan pendidikannya
3.       Prilakunya baiknya menjadi tauladan bagi anak-anak didiknya
4.       Ramah kepada anak-anak didiknya, sehingga anak-anak didik  yang ada didekatnya merasa aman  darinya.
5.       Ucapannya senantiasa  terpelihara dari kata-kata yang kasar, penghinaan, atau justifikasi buruk kepada anak didiknya.
6.       Ia tidak suka mencampuri yang bukan urusannya
7.       Sikapnya penyabar tatkala sedang mengajar atau menindakkesalahan anak didiknya
8.       Penuh kasih sayang, lemah lembut terhadap anak didiknya
9.       Selalu berwajah cerah, ramah tamah dihadapan anak didiknya
10.   Jika ia tidak ada, maka kehilangan akan dirasakan oleh anak-anak didiknya

Guru Sunnah, ditunjukkan dengan “keberadaannya memberi manfaat kepada anak-anak didiknya, namun ketidakhadirannya tidak dirasakan suatu kehilangan “, kehadirannya dihadapan anak didiknya dianggap sebagai tugas rutinitas pekerjaannya tidak didasarkan pada motivasi idealisme dalam mendidik.

Guru Mubah, keberadaan atau tidak adanya tidak akan berpengaruh, datang atao bolos sama saja, tidak banyak memberi manfaat tapi keberadaannya tidak menimbulkan madharat.
Guru Makruh, keberadaannya akan memberi amadharat kepada anak didiknya, ketiadaanya tidak akan membawa pengaruh pada perkembangan anak didiknya, anak –anak didiknya merasa bosan atau tidak senang  bila berhadapan dengannya. Contohnya,seorang guru makruh yang baru datang di sekolah atau mau masuk kelas, tadinya suasana sekolah atau kelas sangat tenang, nyaman, dan tentram, anak-anak didik riang gembira bercengkrama sambil bermain. Namun ketika datang sang guru makruh tanpa senyuman, tanpa menyapa terlebih dahulu kepada anak-anak didik, dia langsung saja melarang  tanpa alasa jelas dan tidak melihat psikologi anak. Misalnya bermain di dalam kelas, anak-anak didik langsung saja membubarkan diri dengan rasa kecewa. Inilah seorang guru makruh yang keberadaannya memnimbulkan  masalah karena telah membuat anak-anak didik tidak merasa senang.

Guru Haram, keberadaannya sering jadi musibah kepada anak-anak didik, anak-anak didik sering merasa ketakutan bila berjumpa dengannya, ketidakhadirannya sering tidak diharapkan oleh anak-anak didik, sering membuat mental anak-anak didik menjadi kerdil, mendidik anak-anak didiknya semaunya, tidak didasarkan pada ilmu perkembangan anak. Sering mengancam dan berdusta dihadapan anak-anak didiknya, wajahnya sering tidak ramah bila berjumpa dengan anak-anak didiknya, anak-anak didik sering dijadikan “Robot” diperintah semaunya.

Tugas guru adalah tugas yang sangat mulia, tugas guru dapat mengantar manusia ke tempat yang diharapkan. Tanpa seorang guru, manusia tidak akan dapat menjalani kehidupan di dunia secara normal.

Dede Muharam,S.Ag

الجمعة، 15 فبراير 2013

KISAH TEGANG DAN MENGHARUKAN



HALAL  DAN  HARAM

Pada suatu ketika di jaman Nabi saw, ada seorang pencuri yang hendak bertobat, ia duduk di majelis Nabi saw dimana para sahabat duduk berdesak-desakkan dalam mesjid Nabawi. Suatu ketika dia menangkap perkataan Nabi saw, “Barangsiapa meninggalkan sesuatu yang haram karena Alloh, maka suatu ketika dia akan memperoleh yang haram itu dalam keadaan halal.” Sungguh dia tidak memahami maksudnya, apalagi ketika para sahabat mendiskusikan hal tersebut, sehingga dia merasa tersisihkan.

Akhirnya malampun semakin larut, sang pencuri lapar. Keluarlah dia dari mesjid demi untuk melupakan rasa laparnya.  Di suatu gang tempat dia berjalan, dia mendapati suatu rumah yang pintunya agak terbuka. Dengan insting pencurinya yang tajam, ia dapat melihat dalam gelap, bahwa pintu itu tidak terkunci... dan timbullah peperangan dalam hatinya untuk mencuri atau tidak. “Tidak”, ia merasa tidak boleh mencuri lagi, namun tiba-tiba timbul bisikan aneh, “Jika kamu tidak mencuri, mungkin akan ada pencuri  lainnya yang belum tentu seperti kamu.”  Menjadi berpikirlah dia, maka diputuskan hendak memberitahukan pemiliknya di dalam agar mengunci pintu rumahnya karena sudah lewat tengah malam.

Dia hendak memberi salam, namun timbul kembali suara tadi, “Hai pemuda! Bagaimana kalau ternyata di dalam ada pencuri dan pintu ini terbuka ternyata olehnya, bila engkau mengucap salam... akan kegetlah dia dan bersembunyi, alangkah baiknya jika engkau masuk diam-diam dan memergoki dia dengan menangkap. ‘Ah... benar juga.’ Pikirnya. Maka masuklah ia dengan tanpa suara... ruangan rumah tersebut agak luas, ia melihat sekelilingnya ada satu meja yang penuh makanan – timbul keinginannya untuk mencuri  lagi, namun segera ia sadar – “Tidak”, aku tidak boleh mencuri lagi.”
Masuklah ia dengan hati-hati, “Heh... syukurlah tidak ada pencuri berarti memang sang pemilik yang lalai mengunci pintu. Tiba-tiba terdengar dengkuran halus dari sudut ruang...”  Ah... ternyata ada yang tidur mungkin sang pemilik.”  Ternyata dia adalah seorang perempuan cantik. Tanpa sadar kakinya telah melangkah mendekati  tempat  tidur, perasaannya berkecamuk, macam-macam yang ada dalam hatinya. Kecantikan, tidak lengkapnya busana yang dikenakan perempuan tersebut, sehingga timbul hasrat kotor untuk memperkosanya. Begitu besarnya, sehingga keluar keringat dinginnya. Tak disangka dia sudah duduk mematung disamping tempat tidur... “Tidak”, “Aku tidak boleh melakukan ini, aku ingin bertobat dan tidak mau menambah dosa yang ada, ‘Tidak”!! segera ia memutar badannya untuk pergi. Ia bermaksud untuk mengetuk pintu dan mengucapkan salam dari luar. Ketika akan menuju pintu keluar, ia melewati meja makan tadi, tiba-tiba terdengar bunyi dalam perutnya... ia lapar. Tak lama kemudian timbul suara aneh lagi, “Bagus, hai pemuda yang baik, bagaimana ringankah sekarang perasaannmu setelah melawan hawa nafsu birahimu?” ‘eh-eh,ya.” Hatinya menjawab. Ada perasaan bangga dalam hatinya dapat melawan hawa nafsunya. Suara itu berkata lagi, “Maka sudah sepatutnya engkau memperoleh ganjaran dari sang pemilik atas perbuatan baikmu itu. Ambilah sedikit makanan untuk mengganjal perutnya agar tidak timbul perasaan dan keinginan mencuri lagi.”

Dia merenung sebentar, patutkah ia berbuat begitu. Tiba-tiba ia tersadar serta berucap dalam hatinya, “Engkau dari tadi yang berbicara dan memberi nasehat kepadaku, tapi nasihatmu itu telah menjadikan aku was-was, tidak! Aku tidak akan mendengarkan nasihatmu. Bila engkau engkau Tuhan, tidak akan memberi nasihat seperti ini. Pasti engkau Setan...” (hening). “celaka aku, bila ada orang yang luar dan melihat perbuatanku... aku harus keluar.”
Maka tergesa-gesa ia keluar rumah perempuan tersebut, ketika tiba dihadapan pintu, ia mengetuk pintu dengan keras dan mengucap salam yang terdengar serak menakutkan. Ia merasa khawatir akan suara yang berubah, tanpa memastikan pemiliknya mendengar atau tidak, kembali menuju mesjid dengan perasaan galau namun lega, karena tidak ada orang yang memergokinya.

Sesampai di mesjid, ia melihat Nabi saw sedang berdiri sholat. Di sudut ruang ada orang yang sedang membaca Al-Quran dengan khusu’ sambil meneteskan air mata, di sudut-sudut lain terdapat para sahabat dan ahli shuffah tidur. Ia mengenang kembali akan pengalaman yang baru dia alami, ia bersyukur atas pertolongan Alloh yang menguatkan hatiku. “Tapi... tidak didengar bisikan Alloh di hatiku, apakah Alloh marah kepadaku?” lau ia menghampiri sudut ruang mesjid duduk dekat pintu, dekat orang yang membaca Al-Quran.

Di tengah melamunnya ia mendengar sayup, namun jelas bait-nait ayat suci...” Dan mereka semuanya (di  padang makhsyar) akan berkumpul menghadap kehadirat Alloh, lalu berkatalah orang-orang yang lemah kepada orang-orang yang sombong, ‘Sesungguhnya kami dahulu adalah pengikutmu, maka dapatkah kamu menghindarkan daripada kami azab Alloh (walaupun) sedikit saja? Mereka menjawab ‘seandainya Alloh memberi petunjuk kepada  kami, niscaya kami dapat memberi petunjuk kepadamu. Sama saja bagi kita apakah kita mengeluh ataukah bersabar, sekali-kali kita tidak mempunyai tempat untuk melarikan diri.” (QS. 14:21)

“Dan berkatalah setan tatkala perkara (hisab) setelah diselesaikan, “Sesungguhnya Alloh telah menjanjikan kepadamu janji yang benar  dan akupun telah menjanjikan kepadamu tetapi aku menyalahinya. Sekali-kali  tidakada kekuasaan bagiku terhadap terhadapmu, melainkan sekedar menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku, akan tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamupun sekali-kali tidak dapat menlongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan Alloh. Sesungguhnya orang-orang dzolim mendapat siksaan yang pedih.” (QS.14:22)

Bergetarlah hatinya mendengar perkataan Alloh yang didengarnya, berkatalah hatinya, “Engkau berbicara kepadakukah, ya Alloh,?” terasa lapang hatinya, semakin asyik mendengarkan bacaan suci itu, maka lupalah dia akan rasa laparnya, badannya terasa segar, sukup lama ia mendengarkan bacaan orang itu, hingga tiba-tiba tersentak, karena bacaan itu dihentikan dengan ucapan menjaab salam. Terlihat olehnya seorang pria tua bersama seorang perempuan yang masuk langsung menuju tempat Nabi saw yang sedang duduk berdzikir. “Dan wajah perempuan itu... adalah wajah perempuan tadi...!!!??? dia tersentak kaget setelah jelas melihat wajah perempuan tersebut. Hatinya gelisah, “Apakah tadi ketika aku berda di ruangan itu sang perempuan pura-pura tidur dan melihat wajahnya? Ataukah ada orang yang diam-diam melihatnya, mungkin pria tua yang bersamanya adalah orang yang diam-diam memergokinya ketika ia keluar dan mengetuk pintu rumahnya? Ah... celaka.....” Aku .....takut, aduh bagaimana nih...?

Hatinya berkecamuk, tubuhnya gemetar, tidak mampu ia menggerakkan anggota tubuhnya untuk bersembunyi atau pergi, apalagi tampak olehnya pria yang tadi membaca Al-Quran hendak tidur dan tak lama pun mendengkur. Dan ia melihat mereka telah berbicara dengan Nabi saw.... “celaka” pikirnya panik!!
Hampir celentang jatuh ia ketika terdengar suara Nabi saw, “Hai fulan, kemarilah!” dengan perlahan dan perasaan takut ia mendekat. Ia berusaha menundukkan wajahnya.
Ia mendengar sang perempuan masih berbicara kepada Nabi saw, “... benar ya Rosululloh, saya sangat takut pada saat itu saya bermimpi rumah saya kemasukan orang yang hendak mencuri, dia mendekati saya dan hendak memperkosa saya, ketika saya berontak... ternyata itu hanya mimpi. Namun ketika saya melihat sekelilingnya ternyata pintu rumah saya terbuka sebagimana mimpi saya dan ada suara menyeramkan yang membuat saya takut. Maka segera saya menuju rumah paman untuk meminta dicarikan suami buat saya, agar kejadian yang dimimpi saya tidak terjadi bila ada suami yang melindungi. Sehingga beliau mengajak saya menemui engkau di sini agar memilihkan calon suami untuk saya.”

Nabi saw memandang kepada pemuda bekas pencuri, lalu berkata.”Hai, Fulan, karena tidak ada pria yang bangun kecuali engkau saat ini, maka aku tawarkan padamu, maukah engakau menjadi suaminya”. Terkejut ia mendengar itu, cepat-cepat ia mengangguk.
Dan setelah sholat shubuh, Nabi  saw  mengumumkan hal ini dan meminta para sahabat mengumpulkan dana untuk mengadakan pernikahan dan pembayaran mas kawin si pemuda ini.  Setelah pernikahannya, tahulah ia akan perkataan Nabi saw yang lalu, “Barangsiapa yang meninggalkan sesuatu yang haram karena Alloh, maka suatu ketika dia akan memperoleh yang haram itu dalam keadaaan halal.”

Sekarang si pemuda itu dapat memakan makanan bersama perempuan itu dan berumah tangga dengan halal.

(lembaran da’wah Ummul Qura’)

الخميس، 14 فبراير 2013

FOSTER aL-QURAN 30 JUZ

foster 30 juz hiasan terhindah di rumah Anda ukuran 102 cm x 68 cm.
Anda berminat hubungi 0815 6210 831

TIGA KELOMPOK MANUSIA



Hidup dan Berjuang

Dari mana anda berasal, untuk  apa anda hadir di bumi, mau kemana anda setelah hidup di bumi, adalah tiga pertanyaan filosofis mendasar yang mesti terjawab sebelum anda  melakukan berbagai aktivitas kehidupan, apalagi bila anda terlibat dalam sebuah perjuangan menegakkan syariat islam. Jawaban atas tiga pertanyaan itu akan mendasari  anda dalam hidup dan berjuang.

Sepintas pertanyaan tersebut tampak sederhana  dan bahkan sudah ada pada benak kita. Tapi manakala melihat realitas kehidupan dewasa ini, banyak orang yang menyebut dirinya berjuang, ternyata apa yang dilakukannya tidak ada hubungannya dengan tiga pertanyaan di atas. 

ada tiga kelompok  kehidupan manusia dalam menjalani hidup dan berjuang:

1.    PERTAMA,   terbelenggu dalam ketidaktahuan, maksudnya adalah orang –orang yang tidak peduli akan sejarah asalnya, tugas dan tujuan hidupnya, hidupnya hanya mengikuti arus yang ada, kemana arus kebanyakan manusia, kesitulah mereka ikut atau ikut kepada orang yang dihormati, disegani atau punya pengaruh. Mereka jalani hidupnya tanpa makna, kehadiran mereka ibarat paku yang menancap pada lubang yang longgar. Kehidupan mereka terjebak dalam kerjanya yang semu, tanpa target yang jelas, tanpa idealisme yang harus diperjuangkan. Hidupnya monoton tanpa cinta, emosi, makna dan nilai. Hidupnya penuh dengan hawa nafsu yang tida kterkontrol. Sulit baginya untuk diajak berbicara hal-hal yang berhubungan dengan filosofis bahkan teoritispun mereka tidak mau tahu,  yang penting baginya bisa makan, punya rumah plus “istri” dan lain-lain.

Kelompok inilah yang membuat suasana hidup tidask kondusif karena mereka mudah terpengaruh oleh ajakan-ajakan, rayuan-rayuan yang mengarah pada hal-hal negatif. Hal ini nampak jelas terlihat di setiap pesta demokrasi. Banyak orang-orang yang termasuk kelompok ini ikut meramaikan kampanye, mereka ganti-ganti, hari ini ikut partai “A”, besok ikut partai “B”, dan besoknya lagi ikut partai “C”, terus bergantian yang penting bagi mereka mendapat makan dan kepuasan. Dalam dirinya tidak ada yang mesti diperjuangkan. Mereka tidak tahu mana yang harus diperjuangkan dan mana yang tidak boleh diperjuangkan

Konsekuensinya, kelompok ini suatu saat akan menyesal manakala sistem hidup masyarakat, bangsa dan negara tidak membaik. Dan mereka akan merasakan imbasnya akibat ketidaktahuannya. Tidak hanya mereka yang akan merasakan, orang-orang yang tidak sekelompok dengan mereka akan merasakan ketidaknyamanan.

Maka disinilah kewajiban kita memberikan peringatan kepada saudara-saudara seaqidah, untuk selalu memikirkan terlebih dahulu sebelum melaksanakan berbagai aktivitas, apakah aktivitas yang akan dilakukannya akan membawa ke arah kebaikan masyarakat.
kebencian manusia disekitarnya.

2.      KEDUA, Orang-orang yang hidup dan berjuang dengan menyangkutkan pada tiga pertanyaan di atas. Namun jawaban atas pertanyaan tersebut, mereka standarkan pada akal yang bersifat pragmatis . Mereka menjawab asal sejarah, tugas dan tujuan hidupnya pada pikirannya. Mereka merasa yakin bahwa itulah yang terbaik yang harus ditegakkan dalam kehidupan pribadinya. Mereka menyangka bahwa dengan hasil pemikirannya dapat membahagiakannya.
Ada pelajaran darik kisah hidup Socrates, dia habiskan waktunya untuk menjawab pertanyaan filosofis, adari mana, untuk apa, dan mau kemana. Dengan perenungan dan berpikir lahirlah berbagi faham. Sejarah mencatat hidupnya berakhir  bunuh diri minum racun dengan meninggalkan secarik kertas yang berbunyi, “ Hanya satu yang saya ketahui, bahwa saya tidak tahu tentang hidup.”

Akal  pikiran manusia terlalu naif untuk memikirkan asal, tugas, dan tujuan hidupnya. Pemiran manusia terlalu sia-sia untuk diperjuangkan. Kehormatan yang diperolehnya melalui idealismenya hanya fatamorgana.

3.      KETIGA, orang-orang yang menyandarkan jawaban tentang kehidupannya hanya kepada Alloh Ta’ala. Manusia berasal bukan dari kera, hidup dan berjuang bukan untuk menemani setan, tapi untuk menuju surga Alloh. Ridho Alloh adalah kehidupan yang dicita-citakan, karena dengan itulah kehidupan hakiki dapat  terwujud. Cara hidup dan berjuang harus sesuai dengan nilai-nilai Islam yang telah dicontohkan nabi  Muhammad saw.  Pendek kata hidupnya berpegang pada al-qur’an dan assunnah.

Mungkin  dari benak  Anda bertanya bagaimana bisa menjalaninya...?
Langkah pertama : baca buku tentang keislamn, temui alim ulama yang dipercaya, bergaullah dengan teman seakidah yang wara.


Akhirnya semoga uraian ini bisa menjadi “catatan kecil” dalam melihat realitas kehidupan saat ini. Di tengah banyaknya kelompok islam dan berkobarnya bendera-bendera partai, yang terkadang kita sulit mengidentifikasi, mana yang betul-betul memperjuangkan keadilan, kebenaran dan kesejahteraan, mana yang hanya fatamorgana, mana yang punya prinsif, mana yang hanya ikut-ikutan.
Sebagai muslim ada standar tersendiri dalam memberikan penilaian dan dukungan, tidak asal-asalan, tidak dengan sakit hati, tapi dengan cinta dan kasih sayang, rahmat bagi alam disekitarnya.

Dede Muharam, S.Ag