الخميس، 14 فبراير 2013

TIGA KELOMPOK MANUSIA



Hidup dan Berjuang

Dari mana anda berasal, untuk  apa anda hadir di bumi, mau kemana anda setelah hidup di bumi, adalah tiga pertanyaan filosofis mendasar yang mesti terjawab sebelum anda  melakukan berbagai aktivitas kehidupan, apalagi bila anda terlibat dalam sebuah perjuangan menegakkan syariat islam. Jawaban atas tiga pertanyaan itu akan mendasari  anda dalam hidup dan berjuang.

Sepintas pertanyaan tersebut tampak sederhana  dan bahkan sudah ada pada benak kita. Tapi manakala melihat realitas kehidupan dewasa ini, banyak orang yang menyebut dirinya berjuang, ternyata apa yang dilakukannya tidak ada hubungannya dengan tiga pertanyaan di atas. 

ada tiga kelompok  kehidupan manusia dalam menjalani hidup dan berjuang:

1.    PERTAMA,   terbelenggu dalam ketidaktahuan, maksudnya adalah orang –orang yang tidak peduli akan sejarah asalnya, tugas dan tujuan hidupnya, hidupnya hanya mengikuti arus yang ada, kemana arus kebanyakan manusia, kesitulah mereka ikut atau ikut kepada orang yang dihormati, disegani atau punya pengaruh. Mereka jalani hidupnya tanpa makna, kehadiran mereka ibarat paku yang menancap pada lubang yang longgar. Kehidupan mereka terjebak dalam kerjanya yang semu, tanpa target yang jelas, tanpa idealisme yang harus diperjuangkan. Hidupnya monoton tanpa cinta, emosi, makna dan nilai. Hidupnya penuh dengan hawa nafsu yang tida kterkontrol. Sulit baginya untuk diajak berbicara hal-hal yang berhubungan dengan filosofis bahkan teoritispun mereka tidak mau tahu,  yang penting baginya bisa makan, punya rumah plus “istri” dan lain-lain.

Kelompok inilah yang membuat suasana hidup tidask kondusif karena mereka mudah terpengaruh oleh ajakan-ajakan, rayuan-rayuan yang mengarah pada hal-hal negatif. Hal ini nampak jelas terlihat di setiap pesta demokrasi. Banyak orang-orang yang termasuk kelompok ini ikut meramaikan kampanye, mereka ganti-ganti, hari ini ikut partai “A”, besok ikut partai “B”, dan besoknya lagi ikut partai “C”, terus bergantian yang penting bagi mereka mendapat makan dan kepuasan. Dalam dirinya tidak ada yang mesti diperjuangkan. Mereka tidak tahu mana yang harus diperjuangkan dan mana yang tidak boleh diperjuangkan

Konsekuensinya, kelompok ini suatu saat akan menyesal manakala sistem hidup masyarakat, bangsa dan negara tidak membaik. Dan mereka akan merasakan imbasnya akibat ketidaktahuannya. Tidak hanya mereka yang akan merasakan, orang-orang yang tidak sekelompok dengan mereka akan merasakan ketidaknyamanan.

Maka disinilah kewajiban kita memberikan peringatan kepada saudara-saudara seaqidah, untuk selalu memikirkan terlebih dahulu sebelum melaksanakan berbagai aktivitas, apakah aktivitas yang akan dilakukannya akan membawa ke arah kebaikan masyarakat.
kebencian manusia disekitarnya.

2.      KEDUA, Orang-orang yang hidup dan berjuang dengan menyangkutkan pada tiga pertanyaan di atas. Namun jawaban atas pertanyaan tersebut, mereka standarkan pada akal yang bersifat pragmatis . Mereka menjawab asal sejarah, tugas dan tujuan hidupnya pada pikirannya. Mereka merasa yakin bahwa itulah yang terbaik yang harus ditegakkan dalam kehidupan pribadinya. Mereka menyangka bahwa dengan hasil pemikirannya dapat membahagiakannya.
Ada pelajaran darik kisah hidup Socrates, dia habiskan waktunya untuk menjawab pertanyaan filosofis, adari mana, untuk apa, dan mau kemana. Dengan perenungan dan berpikir lahirlah berbagi faham. Sejarah mencatat hidupnya berakhir  bunuh diri minum racun dengan meninggalkan secarik kertas yang berbunyi, “ Hanya satu yang saya ketahui, bahwa saya tidak tahu tentang hidup.”

Akal  pikiran manusia terlalu naif untuk memikirkan asal, tugas, dan tujuan hidupnya. Pemiran manusia terlalu sia-sia untuk diperjuangkan. Kehormatan yang diperolehnya melalui idealismenya hanya fatamorgana.

3.      KETIGA, orang-orang yang menyandarkan jawaban tentang kehidupannya hanya kepada Alloh Ta’ala. Manusia berasal bukan dari kera, hidup dan berjuang bukan untuk menemani setan, tapi untuk menuju surga Alloh. Ridho Alloh adalah kehidupan yang dicita-citakan, karena dengan itulah kehidupan hakiki dapat  terwujud. Cara hidup dan berjuang harus sesuai dengan nilai-nilai Islam yang telah dicontohkan nabi  Muhammad saw.  Pendek kata hidupnya berpegang pada al-qur’an dan assunnah.

Mungkin  dari benak  Anda bertanya bagaimana bisa menjalaninya...?
Langkah pertama : baca buku tentang keislamn, temui alim ulama yang dipercaya, bergaullah dengan teman seakidah yang wara.


Akhirnya semoga uraian ini bisa menjadi “catatan kecil” dalam melihat realitas kehidupan saat ini. Di tengah banyaknya kelompok islam dan berkobarnya bendera-bendera partai, yang terkadang kita sulit mengidentifikasi, mana yang betul-betul memperjuangkan keadilan, kebenaran dan kesejahteraan, mana yang hanya fatamorgana, mana yang punya prinsif, mana yang hanya ikut-ikutan.
Sebagai muslim ada standar tersendiri dalam memberikan penilaian dan dukungan, tidak asal-asalan, tidak dengan sakit hati, tapi dengan cinta dan kasih sayang, rahmat bagi alam disekitarnya.

Dede Muharam, S.Ag

ليست هناك تعليقات:

إرسال تعليق